Pelatihan CCNA NIXTRAIN Hari 4 : NAT Oleh Ardes Setiawan

Assalamualaikum wr.wb
Masih tetap dari pelatihan CCNA NIXTRAIN kali ini membahas Tentang NAT di cisco packet tracer





A. Pengertian

         Penafsiran alamat jaringan (Bahasa Inggris:Network Address Translation) adalah suatu metode untuk menghubungkan lebih dari satu komputer ke jaringan internet dengan menggunakan satu alamat IP. Banyaknya penggunaan metode ini disebabkan karena ketersediaan alamat IP yang terbatas, kebutuhan akan keamanan (security), dan kemudahan serta fleksibilitas dalam administrasi jaringan.



Alamat IP

       Saat ini, protokol IP yang banyak digunakan adalah IP versi 4 (IPv4). Dengan panjang alamat 4 byte berarti terdapat 2 pangkat 32 = 4.294.967.296 alamat IP yang tersedia. Jumlah ini secara teoretis adalah jumlah komputer yang dapat langsung koneksi ke internet. Karena keterbatasan inilah sebagian besar ISP (Internet Service Provider) hanya akan mengalokasikan satu alamat untuk satu pengguna dan alamat ini bersifat dinamik, dalam arti alamat IP yang diberikan akan berbeda setiap kali user melakukan koneksi ke internet. Hal ini akan menyulitkan untuk bisnis golongan menengah ke bawah. Di satu sisi mereka membutuhkan banyak komputer yang terkoneksi ke internet, akan tetapi di sisi lain hanya tersedia satu alamat IP yang berarti hanya ada satu komputer yang bisa terkoneksi ke internet. Hal ini bisa diatasi dengan metode NAT. Dengan NAT gateway yang dijalankan di salah satu komputer, satu alamat IP tersebut dapat dibagi ke beberapa komputer yang lain dan mereka bisa melakukan koneksi ke internet secara bersamaan.


Keamanan

        Ketika suatu komputer terkoneksi ke internet, komputer tersebut tidak saja dapat mengakses, misalnya ke server suatu situs tertentu, tetapi komputer tersebut juga sangat mungkin untuk diakses oleh komputer lain yang juga terkoneksi ke internet. Jika disalahgunakan, hal tersebut bisa sangat berbahaya. Data-data penting bisa saja dilihat atau bahkan dicuri oleh orang yang tak bertanggungjawab. NAT secara otomatis akan memberikan proteksi seperti halnya firewall dengan hanya mengizinkan koneksi yang berasal dari dalam jaringan. Hal ini berarti tingkat keamanan suatu jaringan akan meningkat, karena kemungkinan koneksi dari luar ke dalam jaringan menjadi relatif sangat kecil.

Administrasi Jaringan

      Dengan NAT, suatu jaringan yang besar dapat dipecah-pecah menjadi jaringan yang lebih kecil. Bagian-bagian kecil tersebut masing-masing memiliki satu alamat IP, sehingga dapat menambahkan atau mengurangi jumlah komputer tanpa memengaruhi jaringan secara keseluruhan. Selain itu, pada gateway NAT modern terdapat server DHCP yang dapat mengkonfigurasi komputer client secara otomatis. Hal ini sangat menguntungkan bagi admin jaringan karena untuk mengubah konfigurasi jaringan, admin hanya perlu mengubah pada komputer server dan perubahan ini akan terjadi pada semua komputer client. Selain itu gateway NAT mampu membatasi akses ke internet, juga mampu mencatat semua traffic, dari dan ke internet. Secara keseluruhan, dengan segala kelebihan gateway NAT tersebut, admin jaringan akan sangat terbantu dalam melakukan tugas-tugasnya.



Tujuan NAT :
  • Mengurangi keterbatasan IPv4
  • Menyembunyikan skema network internal

Tipe NAT :
  1. NAT Static
  2. NAT Dynamic
  3. PAT (Port Address Translation)
Terminologi NAT :
  1. Inside Local Adress : source address sebelum translasi (IP private)
  2. Outside Local Address : destination address sebelum translasi (IP private)
  3. Inside Global Address : inside host setelah translasi (IP public)
  4. Outside Global Address : outside destination host setelah translasi (IP public)


IP Private

       Yaitu IP yang digunakan oleh organisasi secara internal dan tidak dapat dirutekan di Internet. 


  • Perusahaan kecil biasanya mendapatkan IP public dari ISP
  • ISP mendapatkan alokasi IP public dari IANA (Internet Assigned Numbers Authority)
  • Device yang dapat melakukan translation biasanya berupa firewall, router, server. 

Keuntungan NAT :
  • Menghemat alamat IP secara legal
  • Mengurangi overlap pengalamatan
  • Meningkatkan fleksibilitas ketika berkomunikasi ke internet
  • Mengurangi penomoran kembali jika terjadi perubahan network

Kerugian NAT :
  • Terdapat delay pada proses switching
  • Tidak dapat melakukan trace end-to-end IP
  • Terdapat beberapa aplikasi yang tidak berfungsi ketika implementasi NAT

NAT Static :
  • Termasuk jenis one-to-one NAT, satu IP private ditranslate menjadi satu IP public
  • Ingat, untuk NAT static tiap host menggunakan IP public sendiri
  • Bisa inisiasi komunikasi dari network outside global



NAT Dynamic :

  • Termasuk tipe many-to-many NAT, IP private dalam jumlah banyak kemudian ditranslate menjadi IP public yang banyak juga dengan menyediakan sebuah pool IP public
  • Kita tidak perlu melakukan translate satu per satu, cukup sediakan IP public sesuai jumlah user yang akan terkoneksi ke Internet

PAT :
  • Tipe NAT yang paling popular
  • Termasuk tipe many-to-one NAT
  • Dengan menyediakan satu IP public dapat mentranslate IP private yang banyak dengan menggunakan pembeda yaitu port
  • Disebut juga sebagai NAT Dynamic Overload, Port Address Translation (PAT), atau NAT Overload



B. Latar Belakang

      Dalam suatu jaringan kita perlu adanya suatu NAT agar bisa mentranslasikan IP pubic ke IP private agar cient bisa mendapat IP public yang sama dengan server sehingga dapat berinternet dengan tetap menggunakan IP private yang dimiliki oleh client tersebut



C. Persipan Software dan Hardware


  • PC dengan sistem operasi bebas
  • aplikasi packet tracer
  • modul


D. Maksud dan Tujuan

  1. Dapat memahami lebih dalam tentang cara kerja NAT
  2. Dapat menerapkan fungsi NAT
  3. Dapat melakukan NAT pada sebuah jaringan menggunakan router



E. Tahapan dan Pelaksanaan

1. buka aplikasi cisco packet tracer terlebih dahulu
2. lalu buat topologi seperti berikut :


3. lalu konfigurasi IP pada router beserta loopbacknya, dan laptop sesuai dengan yang ada pada topologi di atas

4. setelah IP disetting sesuai dengan topologi diatas kita konfigurasi routing ospf nya tpi jangan advertase network A dan B nya , sehingga saat memasukan network tidak perlu memasukan network A dan B :
show ip router pada router 0 :


show ip router pada router 1 :


5. pertama kita coba lakukan NAT static dulu menjadi seperti berikut :





6. pertama kita konfigurasi router 0 dulu dengan menjalankan sintax berikut :
Router(config)#int fa 0/0
Router(config-if)#ip nat inside
Router(config-if)#int fa 1/0
Router(config-if)#ip nat outside
Router(config-if)#ex
Router(config)#ip nat inside source static 192.168.1.1 12.12.12.11
Router(config)#ip nat inside source static 192.168.1.2 12.12.12.22
Router(config)#ip nat inside source static 192.168.1.3 12.12.12.33
Router(config)#
7. lalu pada router 1 :
Router(config)#int fa 0/0
Router(config-if)#ip nat inside
Router(config-if)#int fa 1/0
Router(config-if)#ip nat outside
Router(config-if)#exit
Router(config)#ip nat inside source static 192.168.2.1 12.12.12.44
Router(config)#ip nat inside source static 192.168.2.2 12.12.12.55
Router(config)#ip nat inside source static 192.168.2.3 12.12.12.66


8. sekang kita coba tes dengan ping dari laptop 1 ke loopback 3 :

9. kita coba tambahkan server di network A dan beri IP 192.168.1.3, setelah itu kita coba akses webserver nya dari network B ke IP 12.12.12.3 karena IP 192.168.1.3 yang ada di server sudah di translasikan menjadi 12.12.12.3

10. dan hasilnya kita berhasil mengakses wbserver tersebut, tapi walaupun kita bisa mengakses kita masih  tidak bisa ping ke IP tersebut :

11. lalu kita coba lihat IP yang apa saja yang di translasikan dengan masuk ke router lalu gunakan sintax "show ip nat translation"

12. setelah IP NAT static sekarang kita coba NAT dynamic
13. pertama remove settingan NAT static tadi dengan menggunakan sintax berikut :
Router(config)#no ip nat inside source static 192.168.1.1 12.12.12.11Router(config)#no ip nat inside source static 192.168.1.2 12.12.12.22Router(config)#no ip nat inside source static 192.168.1.3 12.12.12.33
lakukan juga pada router satunya : 
Router(config)#no ip nat inside source static 192.168.2.1 12.12.12.44Router(config)#no ip nat inside source static 192.168.2.2 12.12.12.55Router(config)#no ip nat inside source static 192.168.2.3 12.12.12.66
 14. kita akan melakukan dinamic NAT seperti berikut :



15. untuk melakukan NAT dinamyc kita gunakan sintax berikut ke router 0 :
Router(config)#int fa 0/0Router(config-if)#ip nat insideRouter(config-if)#int fa 1/0Router(config-if)#ip nat outsideRouter(config-if)#exRouter(config)#access-list 1 permit 192.168.1.0 0.0.0.255Router(config)#ip nat pool POOLR1 12.12.12.11 12.12.12.20 netmask 255.255.255.0Router(config)#ip nat inside source list 1 pool POOLR1



16. lalu pada router 1 :
Router(config)#int fa 0/0Router(config-if)#ip nat insideRouter(config-if)#int fa 1/0Router(config-if)#ip nat outsideRouter(config-if)#exRouter(config)#access-list 1 permit 192.168.2.0 0.0.0.255 Router(config)#ip nat pool POOLR1 12.12.12.21 12.12.12.30 netmask 255.255.255.0Router(config)#ip nat inside source list 1 pool POOLR2

17. sekarang kita tes dengan ping dari laptop 1 ke loopback 3 :

18. sekarang kita coba NAT dynamic overload menjadi seperti berikut :


19. remove terlebih dahulu NAT dynamic pada sebelumnya
Router(config)#no ip nat inside source list 1 pool POOLR1Router(config)#no ip nat pool POOLR1 12.12.12.11 12.12.12.20 netmask 255.255.255.0Router(config)#no access-list 1 permit 192.168.1.0 0.0.0.255

lalu pada router yang lain :
Router(config)#no ip nat inside source list 1 pool POOLR2Router(config)#no ip nat pool POOLR1 12.12.12.21 12.12.12.30 netmask 255.255.255.0Router(config)#no access-list 1 permit 192.168.2.0 0.0.0.255 

20.  setelah di remove kita jalankan sintax berikut di router 0 :
Router(config)#access-list 1 permit 192.168.1.0 0.0.0.255Router(config)#ip nat pool POOLR1 12.12.12.11 12.12.12.11 netmask 255.255.255.0Router(config)#ip nat inside source list 1 pool POOLR1 overload

21.  lalu pada router 1 :
Router(config)#access-list 1 permit 192.168.1.0 0.0.0.255
Router(config)#ip nat pool POOLR1 12.12.12.11 12.12.12.11 netmask 255.255.255.0
Router(config)#ip nat inside source list 1 pool POOLR1 overload
22. hasil ping dari laptop 1 ke loopback 3 :

23. sebenarnya masih ada lagi jenis NAT dynamic overload exit interface, untuk sintax nya hanya menambah kan interface outside dari router, contohnya seperti berikut :
R1(config)#ip nat inside source list 1 interface fa1/0 overload

24. sekian tutorial dari konfigurasi NAT pada cisco packet tracer


F. Referensi

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Penafsiran_alamat_jaringan
  2. pelatihan NIXTRAIN oleh ardes Setiawan



G. Hasil dan Kesimpulan
      Hasilnya NAT bisa aktif dan saat kita melakukan komunikasi dengan internet IP yang akan kita gunakan yaitu IP private akan di translasikan ke IP public oleh router yang tadi telah kita konfigurasi NATnya 



Pelatihan CCNA NIXTRAIN Hari 4 : Routing EIGRP Oleh Ardes Setiawan Assalamualaikum wr.wb Masih tetap dari pelatihan CCNA NIXTRAIN kali ini membahas Routing EIGRP pada switch di cisco packet tracer A. Pengertian              EIGRP adalah protokol routing yang termasuk proprietari Cisco, yang berarti hanya bisa dijalankan pada router Cisco, EIGRP bisa jadi merupakan protokol routing terbaik didunia jika bukan merupakan proprietari Cisco.             Kelebihan utama yang membedakan EIGRP dari protokol routing lain adalah EIGRP termasuk satu-satunya protokol routing yang menawarkan fitur backup route, dimana jika terjadi perubahan pada network, EIGRP tidak harus melakukan kalkulasi ulang untuk menentukan route terbaik karena bisa langsung menggunakan backup route. Kalkulasi ulang route terbaik dilakukan jika backup route juga mengalami kegagalan. Berikut adalah fitur-fitur yang dimiliki EIGRP: Termasuk protokol routing distance vector tingkat lanjut (Advanced distance vector). Waktu convergence yang cepat. Mendukung VLSM dan subnet-subnet yang discontiguous (tidak bersebelahan/berurutan) Partial updates, Tidak seperti RIP yang selalu mengirimkan keseluruhan tabel routing dalam pesan Update, EIGRP menggunakan partial updates atau triggered update yang berarti hanya mengirimkan update jika terjadi perubahan pada network (mis: ada network yang down) Mendukung multiple protokol network Desain network yang flexible. Multicast dan unicast, EIGRP saling berkomunikasi dengan tetangga (neighbor) nya secara multicast (224.0.0.10) dan tidak membroadcastnya. Manual summarization, EIGRP dapat melakukan summarization dimana saja. Menjamin 100% topologi routing yang bebas looping. Mudah dikonfigurasi untuk WAN dan LAN. Load balancing via jalur dengan cost equal dan unequal, yang berarti EIGRP dapat menggunakan 2 link atau lebih ke suatu network destination dengan koneksi bandwidth (cost metric) yang berbeda, dan melakukan load sharing pada link-link tersebut dengan beban yang sesuai yang dimiliki oleh link masing-masing, dengan begini pemakaian bandwidth pada setiap link menjadi lebih efektif, karena link dengan bandwidth yang lebih kecil tetap digunakan dan dengan beban yang sepadan juga           EIGRP mengkombinasikan  kelebihan-kelebihan  yang dimiliki  oleh  protokol routing link-state dan distance vector. Tetapi pada dasarnya EIGRP adalah protokol distance vector karena router-router yang menjalankan EIGRP tidak mengetahui road map/ topologi network secara menyeluruh seperti pada protokol link-state.          EIGRP mudah dikonfigurasi seperti pendahulunya (IGRP) dan dapat diadaptasikan dengan variasi topologi network. Penambahan fitur-fitur protokol link-state seperti neighbor discovery membuat EIGRP menjadi protokol distance vector tingkat lanjut.          EIGRP menggunakan algoritma DUAL (Diffusing Update Algorithm) sebagai mesin utama yang menjalankan lingkungan EIGRP, DUAL dapat diperbandingkan dengan algoritma SPF Dijkstra pada OSPF. EIGRP memiliki fitur-fitur utama sebagai berikut. Partial updates: EIGRP tidak mengirimkan update secara periodik seperti yang dilakukan oleh RIP, tetapi EIGRP mengirimkan update hanya jika terjadi perubahan route/metric (triggered update). Update yang dikirimkan hanya berisi informasi tentang route yang mengalami perubahan saja. Pengiriman pesan update ini juga hanya ditujukan sebatas pada router-router yang membutuhkan informasi perubahan tersebut saja. Hasilnya EIGRP menghabiskan bandwidth yang lebih sedikit daripada IGRP. Hal ini juga membedakan EIGRP dengan protokol link-state yang mengirimkan update kepada semua router dalam satu area. Multiple network-layer protocol support: EIGRP mendukung protokol IP, AppleTalk, dan Novell NetWare IPX dengan memanfaatkan module-module yang tidak bergantung pada protokol tertentu. Fitur EIGRP lain yang patut diperhatikan adalah sebagai berikut: Koneksi dengan semua jenis data link dan topologi tanpa memerlukan konfigurasi lebih lanjut, protokol routing lain seperti OSPF, menggunakan konfigurasi yang berbeda untuk protokol layer 2 (Data Link) yang berbeda, misalnya Ethernet dan Frame Relay. EIGRP beroperasi dengan efektif pada lingkungan LAN dan WAN. Dukungan WAN untuk link point-to-point dan topologi nonbroadcast multiaccess (NBMA) merupakan standar EIGRP. Metric yang canggih: EIGRP menggunakan algoritma yang sama dengan IGRP untuk menghitung metric tetapi menggambarkan nilai-nilai dalam format 32-bit. EIGRP mendukung load balancing untuk metric yang tidak seimbang (unequal), yang memungkinkan engineer untuk mendistribusikan traffik dalam network dengan lebih baik. Multicast and unicast: EIGRP menggunakan multicast dan unicast sebagai ganti broadcast. Address multicast yang digunakan adalah 224.0.0.10.          banyak perusahaan yang besar yang membutuhkan jaringan, dan dalam perusaahan tersebut kadang kala tidak hanya terdiri dari satu jaringan karena itu untuk meneruskan data dari jaringan satu ke jaringan yang lain kita memerlukan yang namanya routing, dalam routing jika yang di routing sangat banyak kita bisa menggunakan routing dynamic agar lebih mudah salah satunya dengan menggunakan EIGRP PC dengan sistem operasi bebas aplikasi packet tracer modul Dapat memahami lebih dalam tentang routing Dapat menkonfigurasi router agar bisa routing EIGRP Dapat menerapkan fungsi routing EIGRP dalam sebuah jaringan
Pelatihan CCNA NIXTRAIN Hari 3 : Routing RIPv2 Oleh Ardes Setiawan Assalamualaikum wr.wb Masih tetap dari pelatihan CCNA NIXTRAIN kali ini membahas Routing static pada switch di cisco packet tracer         Routing Information Protocol  (RIP)  adalah  sebuah  protokol routing dinamis yang digunakan dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). Oleh karena itu protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini menggunakan algoritma Distance-Vector Routing. Pertama kali didefinisikan dalam RFC 1058 (1988). Protokol ini telah dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP Versi 2 (RFC 2453). Kedua versi ini masih digunakan sampai sekarang, meskipun begitu secara teknis mereka telah dianggap usang oleh teknik-teknik yang lebih maju, seperti Open Shortest Path First (OSPF) dan protokol OSI IS-IS. RIP juga telah diadaptasi untuk digunakan dalam jaringan IPv6, yang dikenal sebagai standar RIPng (RIP Next Generation / RIP generasi berikutnya), yang diterbitkan dalam RFC 2080           Algoritma routing yang digunakan dalam RIP, algoritma Bellman-Ford, pertama kali digunakan dalam jaringan komputer pada tahun 1968, sebagai awal dari algoritma routing ARPANET.          Versi paling awal protokol khusus yang menjadi RIP adalah Gateway Information Protocol, sebagai bagian dari PARC Universal Packet internetworking protocol suite, yang dikembangkan di Xerox Parc. Sebuah versi yang bernamaRouting Information Protocol, adalah bagian dari Xerox Network Services.            Sebuah versi dari RIP yang mendukung Internet Protocol (IP) kemudian dimasukkan dalam Berkeley Software Distribution (BSD) dari sistem operasi Unix. Ini dikenal sebagai daemon routed. Berbagai vendor lainnya membuat protokol routing yang diimplementasikan sendiri. Akhirnya, RFC 1058 menyatukan berbagai implementasi di bawah satu standar.         RIP adalah routing vektor jarak-protokol, yang  mempekerjakan hop sebagai metrik routing. Palka down time adalah 180 detik. RIP mencegah routing loop dengan menerapkan batasan pada jumlah hop diperbolehkan dalam path dari sumber ke tempat tujuan. Jumlah maksimum hop diperbolehkan untuk RIP adalah 15. Batas hop ini, bagaimanapun, juga membatasi ukuran jaringan yang dapat mendukung RIP. Sebuah hop 16 adalah dianggap jarak yang tak terbatas dan digunakan untuk mencela tidak dapat diakses, bisa dioperasi, atau rute yang tidak diinginkan dalam proses seleksi.     Awalnya setiap router RIP mentransmisikan / menyebarkan pembaruan(update) penuh setiap 30 detik. Pada awal penyebaran, tabel routing cukup kecil bahwa lalu lintas tidak signifikan. Seperti jaringan tumbuh dalam ukuran, bagaimanapun, itu menjadi nyata mungkin ada lalu lintas besar-besaran meledak setiap 30 detik, bahkan jika router sudah diinisialisasi secara acak kali. Diperkirakan, sebagai akibat dari inisialisasi acak, routing update akan menyebar dalam waktu, tetapi ini tidak benar dalam praktiknya. Sally Floyd dan Van Jacobson menunjukkan pada tahun 1994 bahwa, tanpa sedikit pengacakan dari update timer, penghitung waktu disinkronkan sepanjang waktu dan mengirimkan update pada waktu yang sama. Implementasi RIP modern disengaja memperkenalkan variasi ke update timer interval dari setiap router.           RIP mengimplementasikan split horizon, rute holddown keracunan dan mekanisme untuk mencegah informasi routing yang tidak benar dari yang disebarkan. Ini adalah beberapa fitur stabilitas RIP.           Dalam kebanyakan lingkungan jaringan saat ini, RIP bukanlah pilihan yang lebih disukai untuk routing sebagai waktu untuk menyatu dan skalabilitas miskin dibandingkan dengan EIGRP, OSPF, atau IS-IS (dua terakhir yang link-state routing protocol), dan batas hop parah membatasi ukuran jaringan itu dapat digunakan in Namun, mudah untuk mengkonfigurasi, karena RIP tidak memerlukan parameter pada sebuah router dalam protokol lain oposisi. RIP dilaksanakan di atas User Datagram Protocol sebagai protokol transport. Ini adalah menugaskan dilindungi undang-undang nomor port 520.           Ada tiga versi dari Routing Information Protocol: RIPv1 , RIPv2 , dan RIPng.            Spesifikasi asli RIP, didefinisikan dalam RFC 1058, classful menggunakan routing. Update routing periodik tidak membawa informasi subnet, kurang dukungan untuk Variable Length Subnet Mask (VLSM). Keterbatasan ini tidak memungkinkan untuk memiliki subnet berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain, semua subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama. Juga tidak ada dukungan untuk router otentikasi, membuat RIP rentan terhadap berbagai serangan.          Karena kekurangan RIP asli spesifikasi, RIP versi 2 dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada tahun 1998. Ini termasuk kemampuan untuk membawa informasi subnet, sehingga mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR). Untuk menjaga kompatibilitas, maka batas hop dari 15 tetap. RIPv2 memiliki fasilitas untuk sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal jika semua protokol Harus Nol bidang dalam pesan RIPv1 benar ditentukan. Selain itu, aktifkan kompatibilitas fitur memungkinkan interoperabilitas halus penyesuaian.          Dalam upaya untuk menghindari beban yang tidak perlu host yang tidak berpartisipasi dalam routing, RIPv2 me-multicast seluruh tabel routing ke semua router yang berdekatan di alamat 224.0.0.9, sebagai lawan dari RIP yang menggunakan siaran unicast. Alamat 224.0.0.9 ini berada pada alamat IP versi 4 kelas D (range 224.0.0.0 - 239.255.255.255). Pengalamatan unicast masih diperbolehkan untuk aplikasi khusus. (MD5) otentikasi RIP diperkenalkan pada tahun 1997. RIPv2 adalah Standar Internet STD-56.           RIPng (RIP Next Generation / RIP generasi berikutnya), yang didefinisikan dalam RFC 2080, adalah perluasan dari RIPv2 untuk mendukung IPv6, generasi Internet Protocol berikutnya. Perbedaan utama antara RIPv2 dan RIPng adalah: Dukungan dari jaringan IPv6. RIPv2 mendukung otentikasi RIPv1, sedangkan RIPng tidak. IPv6 router itu, pada saat itu, seharusnya menggunakan IP Security (IPsec) untuk otentikasi. RIPv2 memungkinkan pemberian beragam tag untuk rute , sedangkan RIPng tidak; RIPv2 meng-encode hop berikutnya (next-hop) ke setiap entry route, RIPng membutuhkan penyandian (encoding) tertentu dari hop berikutnya untuk satu set entry route . Batasan Hop count tidak dapat melebihi 15, dalam kasus jika melebihi akan dianggap tidak sah. Hop tak hingga direpresentasikan dengan angka 16. Sebagian besar jaringan RIP datar. Tidak ada konsep wilayah atau batas-batas dalam jaringan RIP. Variabel Length Subnet Masks tidak didukung oleh RIP IPv4 versi 1 (RIPv1). RIP memiliki konvergensi lambat dan menghitung sampai tak terhingga masalah.          banyak perusahaan yang besar yang membutuhkan jaringan, dan dalam perusaahan tersebut kadang kala tidak hanya terdiri dari satu jaringan karena itu untuk meneruskan data dari jaringan satu ke jaringan yang lain kita memerlukan yang namanya routing, dalam routing jika yang di routing sangat banyak kita bisa menggunakan routing dynamic agar lebih mudah salah satunya dengan menggunakan RIPv2 PC dengan sistem operasi bebas aplikasi packet tracer modul Dapat memahami lebih dalam tentang routing Dapat menkonfigurasi router agar bisa routing RIPv2 Dapat menerapkan fungsi routing RIPv2 dalam sebuah jaringan


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)